Information and Communication Technologi Clinic

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), begitulah terjemahan dari INFORMATION and COMUNICATION TECHNOLOGI (ICT). Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah deretan tiga suku kata yang saat ini lagi akrab dibibir orang, khususnya di lingkungan pendidikan atau kelompok birokrasi, bahkan belakangan ini, juga termasuk golongan-golongan masyarakat tertentu.

Memahami Teknologi informasi dan komunikasi, tidak hanya menyandarkan pada pengertian tiga suku kata di atas. Tetapi lebih dari itu harus dipahami lebih dalam, mengapa tiga suku kata itu harus dipadu menyadi satu kalimat yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran TIK. Itu mengartikan, bahwa tiga kata dasar itu, masing-masing memiliki nilai kekuatan dan pengaruh tersendiri dalam peradaban kehidupan manusia.

Sebagai bukti yang logis dari kekuatan-kekuatan itu, yakni disadari atau tidak, bahwa aktivitas yang sedang berlangsung dilakukan manusia saat ini, pada hakikatnya adalah mengelola informasi yang diterima sebelumnya. Disadari atau tidak pula, bahwa keberadaan informasi itu sendiri lahir karena adanya komunikasi. Demikian pula terhadap komunikasi, itu dapat terjadi karena tidak lepas dari media (teknologi) sebagai alat pengantar maksud dan tujuan.

Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, maka ICT atau TIK yang menjadi medan garapan ilmu pengetahuan dari ICT CLINIC di SDN 1 Tilote adalah; Teknologi Informasi dan Komunikasi, BUKAN “Informasi Komunikasi dan Teknologi“. Hal ini cukup beralasan, karena informasi komunikasi dan teknologi, pengertiannya adalah informasi tentang komunikasi dan informasi tentang teknologi. Dengan demikian informasi komunikasi dan teknologi, hanyalah terbatas pada pengetahuan saja, dan bukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sifat dari informasi komunikasi dan teknologi, mudah ditemui atau diperoleh, hanya dengan cukup nonton televisi, dengar radio, maupun baca koran saja.

Sedangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah identik dengan ilmu pengetahuan. Yaitu teknologi tentang informasi dan teknologi tentang komunikasi. Karena itu pula, teknologi informasi dan komunikasi tidak terbatas pada pengetahuan saja, tetapi justru berada pada level garapan sebuah studi “ilmu pengetahuan”. Dengan sendirinya, untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi, tidak semudah kita nonton televisi, dengar radio, ataupun baca koran. Melainkan diperoleh hanya melalui teori dan praktek pendidikan tertentu saja.

Pada unsur kata Teknologi, Informasi, Komunikasi inilah, mengapa ICT Clinic harus dihadirkan ditengah-tengah para anak didik sekolah yang ada di SDN 1 Tilote. Dengan TIK ini, para anak didik akan diarahkan pada pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi yang berbudaya.

Pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi pada tingkat anak didik ini, dimaksudkan karena alasan dinamika dunia pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menuju pada suatu jenjang peradaban dunia pendidikan dan kehidupan yang lebih baik, ICT Clinic khususnya di SDN 1 Tilote telah memiliki “TAKTIK”. Artinya; Tidak Ada Kehidupan yang baik (peradaban), tanpa menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Muhajirin AHM

Jumat, 12 Juni 2009

Perpustakaan Digital (Digital Library) Sebagai Alternatif Pengembangan Pusat Sumber Belajar Di Sekolah

Oleh: Rosiman

A. Pendahuluan

Dunia perpustakaan semakin hari semakin berkembang dan bergerak ke depan. Perkembangan dunia perpustakaan ini didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya yang telah merambah ke berbagai bidang. Hingga saat ini tercatat beberapa masalah di dunia perpustakaan yang dicoba didekati dengan menggunakan teknologi iformasi.

Dari segi data dan dokumen yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog (index). Katalog mengalami metamorfosa menjadi katalog elektronik yang lebih mudah dan cepat dalam pencarian kembali koleksi yang disimpan di perpustakaan.

Koleksi perpustakaan juga mulai dialihmediakan ke bentuk elektronik yang lebih tidak memakan tempat dan mudah ditemukan kembali. Ini adalah perkembangan mutakhir dari perpustakaan, yaitu dengan munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jarin gan komputer (internet).

Realisasi perpustakaan digital dalam skala nasional telah dirintis dengan adanya program Perpustakaan Digital Nasional (PDN) meskipun masih banyak pandangan bahwa peluang keberhasilan program Perpustakaan Digital Nasional (PDN) di Indonesia sangat kecil, mengingat besarnya jurang kesenjangan teknologi antar wilayah di Indonesia (Dyah Sulistyorini, http://www.antara.co.id/arc/2008 ).

Namun, Kepala Perpustakaan Nasiona l RI, Dady P. Rachmananta pada pembukaan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia yang Pertama (KPDI ke -1) di Kuta Bali 2-5 Desember 2008 mengungkapkan Indonesia tak harus menunggu lebih lama untuk mulai mengembangkan perpustakaan digital. Dia menegaskan bahwa perpustakaan digital merupakan pengembangan lebih lan jut perpustakaan konvensional. Perpustakaan digital bukan perpustakaan jenis baru, karena masih melaksanakan prinsip-prinsip dasar perpustakaan, namun dengan dukungan teknologi informasi diharapkan dapat diwujudkan perpustakaan yang lebih modern, lengkap, mudah dijangkau, dan user friendly dengan pengelolaan koleksi nasional maupun daerah.

Bagi sekolah perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang pokok, oleh karena itu adanya perpustakaan digital merupakan salah satu alternatif pengembangan sumber belajar di sekolah untuk menghadapi kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Permasalahannya sekarang adalah bagaimana penerapan perpustakaan digital sebagai alternatif untuk pengembangan sumber belajar di sekolah?

B. Perpustakaan Digital Di Sekolah Sebagai Alternatif Pengembangan Pusat Sumber Belajar

Perkembangan perpustakaan sebagai sumber di sekolah tidak terlepas dari perkembangan definisi pusat sumber belajar itu sendiri. Menurut AECT (1979), pusat sumber belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penyediaan dan pemanfaatan sumber belajar dari berbagai jenis yang disusun secara terpadu sesuai dengan kebutuhan belajarnya.

Merrill dan Drob dalam buku Criteria for Planning the College and University Learning Resources Centre (1977) sebagaimana dikutip oleh Mudhoffir (1992:8) mendefinisikan pusat sumber belajar sebagai berikut:

“An organized activity consistin g of a director, staff, and equipment housed in one or more specialized facilities for the production, procurement, and presentation of instructional materials and provision of developmental and planning services related to the curriculum and teaching on a general university campus”

Definisi di atas mengemukakan bahwa pusat sumber belajar merupakan kegiatan terorganisasi yang terdiri dari seorang direktur, staf, dan peralatan yang ditempatkan dalam sebuah atau beberapa fasilitas khusus untuk produksi, pengadaan dan penyajian bahan pembelajaran dan pemberian pelayanan pengembangan dan pelayanan perencanaan yang berhubungan dengan kurikulum dan pengajaran untuk kampus (universitas) atau sekolah.

Fred Percival dan Henry Ellington (1988) mendefinisikan pusat sumber belajar sebagai berikut:

“Segala sesuatu dari yang berbentu sebuah ruangan sampai dengan bangunan bertingkat yang di desain dan diatur secara khusus dengan tujuan untuk menyimpan, merawat, mengembangkan dan memanfaatkan koleksi sumber belajar baik bahan cetak maupun non cetak oleh pelajar baik secara individu maupun kelompok”

Lebih jauh Richard N. Tucker dalam buku The Organization and management of Educational Technology (1979) sebagaimana dikutip dalam Mudhoffir (1992:13) mendefinisikan pusat sumber belajar dengan istilah media center, sekarang mulai dikenal istilah Media Resource Center (MRC) , dengan pengertian suatu departemen yang memberikan fasilitas pendidikan, pelatihan dan pengenalan melalui produksi bahan media (seperti slide, transpar ansi overhead, filmstrip, videotape, dan lain-lain) dan pemberian pelayanan penunjang (seperti sirkulasi peralatan audiovisual, penyajian program-program video, pembuatan catalog, dan pemanfaatan pelayanan sumber -sumber belajar pada perpustakaan).

Yusufhadi Miarso, dkk (1980) menyatakan bahwa pusat sumber belajar menunjukkan adanya suatu kombinasi yang terpadu dari berbagai sumber yang meliputi orang, bahan-bahan, peralatan, fasilitas, dan lingkungan serta tujuan dan proses.

Dari beberapa definisi ahli terhadap pusat sumber belajar, saya mengidentifikasi keterkaitan hal -hal yang berhubungan dalam pengembangan dan pengolahan Pusat Sumber Belajar, yaitu adanya tempat, fungsi-fungsi pusat sumber belajar (seperti penyediaan, penyimpanan, pelayanan, pemanfaatan, produksi, penyajian, pengembangan kurikulum, dan pelatihan), aneka sumber belajar bahan cetak non cetak, serta kegiatan yang terorganisasi dan terstruktur yang memfasilitasi pendidikan.

Dalam perkembangan pusat sumber belajar, perpustakaan merupakan tahapan perkembangan kedua setelah pemanfaatan dan pengolahan sumber belajar yang tidak dikelola dan diorganisir oleh sembuah lembaga, melainkan hanya perseorangan.

Menurut Gary T. Peterson dalam Rahadi (2005) terdapat lima tahan perkembangan pusat sumber belajar yaitu pemanfaatan dan pengolahan sumber belajar yang tidak dikelola dan diorganisir oleh sebuah lembaga melainkan hanya perseorangan, perpustakaan yang mengelola sumber belajar bahan cetak, perpustakaan yang dilengkapi dengan pelayanan audio visual, perpustakaan yang dilengkapi dengan ruang belajar non tradisional, dan pengembangan konsep perpustakaan ditambah dengan komponen pengembangan sistem pembelajaran (instruksional).

Melihat tahapan perkembangan di atas perpustakaan digital sudah masuk pada tahapan perkembangan yang kelima yaitu pengembangan konsep perpustakaan ditambah dengan komponen pengembangan sistem pembelajaran (instruksional), hal ini sesuai dengan Digital Library Federation (1995) yang mendefinisikan perpustakaan digital sebagai o rganisasi yang menyediakan berbagai sumber daya, termasuk staf yang mampu melakukan pekerjaan menyeleksi, menata, menyediakan akses intelektual, menginterpretasikan, mendistribusikan, melestarikan keutuhan koleksi karya digital, termasuk memastikan ketersediaan dari waktu ke waktu agar bisa didapat dengan mudah, murah oleh komunitas atau sekumpulan komunitas tertentu.

Hampir semua sekolah mengidamkan menerapkan perpustakaan digital dalam pengelolaan perpustakaannya. Namun demikian tidak semua sekolah mampu meakukannya. Dana yang terbatas dan SDM yang rendah ditengarai sebagai faktor dominan ketidakberdayaan sekolah mengelola perpustakaannya secara proporsional apalagi menggunakan perpustakaan digital. Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki b erbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital. Layanan ini diharapkan sinformasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih operasional tentang pengadaan perpustakaan digital berdasarkan pengalaman penulis dalam pengadaan perpustakaan digital di SMP Labschool Jakarta tahun 2008 (sebelum terbakar) dan rencana pengadaan dan pengembangan di tahun 2009, yang dihubungk an dengan disain intruksional model ADDIE (Ana lysis, Disain, Development, Implementation, dan Evaluation).

C. Pengadaan dan Pengembangan Perpustakaan Digital Di Sekolah berdasarkan Disain Instruksional Model ADDIE

1. Analisis
Pada tahapan ini berhubungan deng an apa yang ingin dikerjakan, merupakan gambaran umum tentang proses perencanaan instruksional yang lengkap. Tahapan analisis sering juga disebut analisis kebutuhan meliputi beberapa aspek, antara lain:

a. Rancangan pembelajaran
Pada aspek ini menganalisis tentang mengapa kegiatan ini akan dilaksanakan, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakannya, bagaimana pengaturan jadwal yang tepat pada masing-masing stake holder yang telibat.

b. Peserta/siswa (Audience)
Menganalisis tentang siapa peserta/siswa, berapa bany ak peserta, mengapa mereka memerlukan perpustakaan digital ini. Apakah terdapat perbedaan (gap) antara apa yang telah mereka ketahui dengan apa yang harus mereka terima dalam kegiatan ini? Apa yang mereka butuhkan dalam pembelajaran dengan perpustakaan digital?, Bagaimana kemampuan mereka dan di mana anda harus memulai?, Tipe-tipe apa dari kebutuhan belajar yang terjadi (pengeta huan, keterampilan, atau sikap)?

c. Tujuan (goal)
Apa tujuan utama adanya aperpustakaan digital tersebut, dalam istilah umum apa yang akan terjadi?

d. Tujuan yang khusus (Objectives)
  • Apa tujuan pembelajaran yang spesifik dari kegiatan ini?
  • Apakah sasaran tujuan diorientasikan pada akreditasi, program, atau misi dari status lembaga?
  • Apa yang dapat siswa lakukan, atau bagaimana nantinya mereka menunjukan bahwa pembelajaran tersebut telah berlangsung? (Materi esensial yang harus diketahui, yang menarik untuk dipelajari, atau penekanan pada hal -hal yang menarik bagi mereka.
  • Tingkatan (level) yang ditargetkan dari outcomes pembelajaran (pengetahuan, pengertian, aplikasi, analisis, síntesis, dan evaluasi).
e. Identifikasi Isi (Identify Content)
  • Buku teks atau buku kerja yang akan digunakan, waktu pemesanan, dan cara perolehannya bagaimana?
  • Apakah harus memesan/mencadangkan material tersebut di pe rpustakaan digital?
  • Apakah anda memerlukan pemeriksaan -pemeriksaan hak cipta? (teks, gambaran-gambaran, audio/video).
  • Konten/isi apa telah ada?
  • Isi apa yang perlu dibuat/diadakan: Silabus, kebijakan -kebijakan, grading, handbook siswa/ plagiarism, kalend er, jadwal kegiatan, tugas-tugas, study suide/Rubrics, Ilustrasi, Power Points, audio -video, kuis, kerja kelompok, latihan individu, CD/DVD dan lain-lain.
f. Identifikasi Lingkungan dan Penyampaian ( Identify Environment & Delivery)

Identifikasi lingkungan dan penyampaian materi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti: face-to-face (tatap muka), completely online (sepenuhnya melalui on ine), hybrid menggabungkan antara online dengan tatap buka dengan perbandingan tertentu), penyampaian melalui CD/DVD, laboratorium, Proctored exams , Vista Course Management System (Assessments – Quizzes, Assessments - Self-Tests, Assessments Survey, Assignment Tool , Chat Room, Discussion Area , URL for Links to External Sites, Grade Book Columns dan lain-lain.

g. Strategi Instructional (Instructional Strategies)

Strategi instruksional menyiapkan cara untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu dianalisis adalah:
  • Struktur pembelajaran yang nanti akan anda buat.
  • Strategi instruksional yang akan digunakan.
  • Menggunakan pengalaman dan pembelajaran dunia nyata yang relevan.
  • Interaksi antar siswa dalam bentuk diskusi kelas, kelompok -kelompok studi, penilaian sebaya, menyediakan umpan balik, chating untuk brain storming pada kelompok kecil.
  • Address Learning Styles (aural, visual, kinesthetic): Apa gaya belajar siswa?
  • Apa implikasi pada instruksionalnya?
  • Praktik latihan: menggunakan kuis online sebagai salah satu strategi pengajaran, penilaian/kritik dari teman sebaya.
  • Penugasan dalam bentuk project, studi kasus, di skusi kelompok, problem based learning, fortopolio dan lain -lain.
  • Ringkasan materi untuk pengalaman belajar.
  • Umpan balik perkembangan siswa.
  • Mengeksplorasi sumber daya lain untuk kegiatan pembelajaran.
h. Strategi Penilaian (Assessment Strategies)

Strategi penilaian sebagian besar didasarkan pada strategi instruksional diatas. Bagaimana menilai para siswa, apakah melalui kuis, penugasan (project, produk, refleksi, jurnal) diskusi atau yang lainnya.

i. Evaluasi Formatif (Formative Assessment Evaluation)

Evaluasi formatif sebagai feed back (umpan balik) terhadap apa yang sudah dilakukan

j. Batasan/Hamabatan (Contraints)

Hambatan atau faktor pembatan yang perlu dipertimbangkan atau diperhatikan antara lain: isu-isu teknologi, kemampuan penerimaan dari setiap siswa.

2. Design

Dalam hal ini ditekankan pada disain fisik bangunan untuk perpustakaan digital dan disain pengadaan hard ware dan soft ware untuk content (isi) dari perpustakaan digital. Kegiatan ini bekerja sama dengan orang yang ahli pada bidang disain interior (arsitek) dan ahli media p embelajaran serta ahli teknologi informasi (ICT).

3. Development

Pada tahapan ini rancangan blueprint dicetak, kemudian hal-hal yang perlu ditambahkan/dikurangi dimasukan sebelum implementasi. Pengembangan dilakukan dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai stake holder seperti ahli media. guru, orang tua, ahli soft ware/hard ware dan lain -lain. Masukanmasukan tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam implementasi baik dari sisi bagunan secara fisik, soft ware dan hard ware pembelajaran yang akan menjadi isi dalam perpustakaan digital tersebut.

4. Implementation

Pada langkah ini yaitu merealisasikan Analisis kebutuhan, Disain, Development ke dalam bentuk konkrit sebuah perpustakaan digital, dalam hal ini mecakup:
  • Pembangunan fisik gedung perpustakaan digital berdasarkan disain yang sudah dikembangkan.
  • Penataan interior ruangan.
  • Pembelian komputer.
  • Pembelian monitor.
  • Pembelian bahan ajar (DVD, VCD, s oft ware pembelajaran berbagai mata pelajaran) sekitar 100 judul baik produksi dlam maupun luar negeri.
  • Penginstalan program pembelajaran ke server.
  • Pembuatan jaringan intra dan internet yang terkoneksi ke seluruh ruangan kelas, ruang guru, ruang Tata Usaha, Ruang Kepala dan Ruang Wakil Kepala Sekolah serta ke server Labschool.
  • Pembelian dan penginstalan program administarasi sekolah berbasis komputer (intranet).
  • Penugasan guru penanggung jawab..
  • Pembuatan dan relisasi jadwal penggunaan Perpustakaan digital.
  • Pelaksanaan pembelajaran baik di ruang perpustakaan digital maupun diruang kelas secara intra maupun internet.
5. Evaluation

Kegiatan evaluasi sebenarnya dilakukan pada setiap tahapan, evaluasi tahapan terakhir ini mencakup evaluasi keseluruhan dari awal (analysis) sampai pada implementasi. Dari hasil evaluasi tersebut banyak hal yang bisa di manfaatkan, seperti masukan lepada Kepala Pengembang Pendidikan dan Kepala Instalasi Akademik untuk peningkatan capacitas server, penambahan sumber relajar yang berbasis IT dan peningkatan kemampuan SDM dalam operasionalisasi perpustakaan digital. Evaluasi juga mancakup tingkat pemanfaatan/dayaguna perpustakaan digital oleh siswa maupun guru.

D. Peran Perpustakaan Digital Di Sekolah sebagai salah satu Pusat Sumber Belajar

Pada dasarnya, perpustakaan digital itu sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber informasinya digital. Jaringan informasi semacam internet memberikan kesempatan luas untuk mengakses lembaga yang menyediakan informasi. Jaringan ini berfungsi sebagai perpustakaan yang dinamakan perpustakaan tanpa dinding.

Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna bahkan di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran. Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai informasi. Semuanya ini demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan bantuan penelusuran informasi.

Dengan tidak terbatasnya informasi terutama sumber belajar yang dapat diakses oleh siswa dan guru melalui perpustakaan digital, akan berdampak pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered) tetapi sudah bergeser ke student centered, active learning, dan pembelajaran berbasis aneka sumber. Dengan demikian konstuktivisme dalam pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa tidak lagi belajar dengan tuntutan subject matter oriented tapi mereka akan mengkonstruksi apa yang dipelajarinya dalam proses pembelajarannya dan dapat menerapkan dalam kehidupannya.

Perpustakaan digital yang terkoneksi secara intra maupun internet ke setiap ruangan kelas memungkinkan guru dan siswa dapat belajar lebih efektif, karena dapat mengakses informasi (sumber belajar) dari ruangan kelas dan tidak harus ke perpustakaan secara fisik.

Adanya perpustakaan digital secara tidak langsung kita sedang membangun jaringan virtual untuk terus memperjuangkan bahwa masyarakat gemar membaca (reading society) merupakan persyaratan dalam mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society) yang merupakan salah satu ciri masyarakat maju dan beradab.

Disisi lain adanya perpustakaan digital akan menekan biaya operasional untuk pengadaan buku/aneka sumber belajar karena dengan membeli satu master kemudian disimpan dalam server dapat diakses ke seluruh ruang kelas/ruangan yang ada. Meskipun demikian terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, seperti:
  1. Kemampuan SDM baik itu siswa ataupun g uru dalam memanfaatkan perpustakaan digital dan perubahan paradigma tentang perpustakaandigital.
  2. Biaya awal yang cukup besar, yang mungkin bagi sebagian sekolah tidak dapat melakukannya. Sebagai contoh, total biaya untuk membangun sistem perpustakaan digital yang ada di SMP Labschool Jakarta menghabiskan dana sekitar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) yang bersumber dari dan Direktorat PLB Depdiknas bagi siswa Cerdas dan Bakat Istimewa (CIBI).
  3. Pemeliharaan dan pengembangan. Bukan menjadi rahas ia umum di Indonesia sangat terkenal mudah untuk mengadakan, tetapi tidak bias untuk memelihara dan mengembangkan.
  4. Konsekuensi dari siswa yang diperbolehkan membawa komputer (lap top) dilihat dari segi keamanan dan kemampuan daya dukung instalasi listrik yang ada atau penambahan biaya untuk pengadaan access point melalui jaringan warelless (tanpa kabel).
E. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Perpustakaan digital merupakan sebuah organisasi yang menyediakan berbagai sumber daya, termasuk staf yang mampu melakukan pekerjaan menyeleksi, menata, menyediakan akses intelektual, menginterpretasikan, mendistribusikan, melestarikan keutuhan koleksi karya digital, termasuk memastikan ketersediaan dari waktu ke waktu agar bisa didapat dengan mudah, murah oleh komunitas atau sekumpulan komunitas tertentu baik secara intra aupun internet.

Perpustakaan digital disekolah dapat dijadikan sebagai pusat sumber belajar yang yang menyediakan sumber informasi tak terbatas. Perpustakaan digital disekolah memiliki manfaat, yaitu:
  1. Terjadinya pergeseran pembelajaran dari teacher centered ke student centered.
  2. Mengembangkan pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, inovatif, dan menyenagkan.
  3. Pembelajaran lebih efektif dan belajr dari berbagai aneka sumber belajar.
  4. Dapat mempercepat membangun learning society.
  5. Selain memiliki manfaat yang besar, perpustakan digital juga memiliki kekurangan/kelemahan dilihat dari sisi biaya, sumber daya manusia, pemeliharaan dan pengembangan, serta konsekuensi yang muncul dari adanya perpustakaan digital di sekolah.
2. Saran
  • Meskipun pengadaan perpustakaan digital di sekolah cukup mahal, dapat diantisipasi dengan pengadaan secara bertahap.
  • Kepada pemerintah, sebaiknya pengadaan laboratorium TIK bagi sekolah-sekolah yang dananya sangat besar d apat dikombinasikan dengan konsepn perpustakaan digital tan pa menghilangkan esensi laboratorium TIK.
  • Kepada pihak swasta dapat berpartisipasi dalam pengadaan perpustakaan digital dengan cara yang win-win solution, misalnya seluruh perangkat laboratorium digital berasal dari pihak swasta (perusahaan) dan sebagai imbal baliknya kewajiban sekolah untuk memajang logo preusan atau memberi nama ruangan tersebut dengan piohak yang mensponsorinya.
F. Daftar Pustaka

Anonim. 2008. “Perpustakaan Digital dan Sistem I nformasi Perpustakaan” (http://www.pdii.lipi.go.id/perpustakaan -digital-dan-sistem-informasiperpustakaan.html).

Dyah Sulistyorini, “Saatnya Mewujudkan Perpustakaan Digital Nasional” (http://www.antara.co.id/arc/2008/12/9/saatnya -mewujudkan-perpustakaandigital-nasional).

Rizal Malarangeng, “Perpustakaan Digital Menyelamatkan Aset Kultural”, Republika - Minggu, 09 Oktober 2005.

Gary T Peterson, 1975. Conceptualizing Learning Center , AECT Planning and Operation Media Center: Washington DC.

http://ilmusdm.wordpress.com/2008/0 2/08/mengenal-model-instruksional-dalampelatihan-%E2%80%93-training-analysis-1/

http://itsinfo.tamu.edu/consult/howtodesign.htm

http://mkpd.wordpress.com/2008/09/08/kupas -buku-manajemen-perpustakaandigital/Jurnal Teknodik, 2008. Departement Pendidikan Nasional Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Pustekom: Jakarta.

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi pendidikan. Jakarta: Kencana.

Purwanto. 2005. Jejak Langkah Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta .

Rothwell, William J., H.C Kazanas. 1992. Mastering the Instructional Design Process: a systematic approach. San Francisco: Jossey Bass.

Sharon E. Smal Dino. James D. Russell, Robert Heinich. Michael Molenda. Instructional Technology and Media for Learning, Eight Edition : 2005

Sudjarwo, 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Medyatama sarana Perkasa.

0 komentar: