Information and Communication Technologi Clinic

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), begitulah terjemahan dari INFORMATION and COMUNICATION TECHNOLOGI (ICT). Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah deretan tiga suku kata yang saat ini lagi akrab dibibir orang, khususnya di lingkungan pendidikan atau kelompok birokrasi, bahkan belakangan ini, juga termasuk golongan-golongan masyarakat tertentu.

Memahami Teknologi informasi dan komunikasi, tidak hanya menyandarkan pada pengertian tiga suku kata di atas. Tetapi lebih dari itu harus dipahami lebih dalam, mengapa tiga suku kata itu harus dipadu menyadi satu kalimat yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran TIK. Itu mengartikan, bahwa tiga kata dasar itu, masing-masing memiliki nilai kekuatan dan pengaruh tersendiri dalam peradaban kehidupan manusia.

Sebagai bukti yang logis dari kekuatan-kekuatan itu, yakni disadari atau tidak, bahwa aktivitas yang sedang berlangsung dilakukan manusia saat ini, pada hakikatnya adalah mengelola informasi yang diterima sebelumnya. Disadari atau tidak pula, bahwa keberadaan informasi itu sendiri lahir karena adanya komunikasi. Demikian pula terhadap komunikasi, itu dapat terjadi karena tidak lepas dari media (teknologi) sebagai alat pengantar maksud dan tujuan.

Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, maka ICT atau TIK yang menjadi medan garapan ilmu pengetahuan dari ICT CLINIC di SDN 1 Tilote adalah; Teknologi Informasi dan Komunikasi, BUKAN “Informasi Komunikasi dan Teknologi“. Hal ini cukup beralasan, karena informasi komunikasi dan teknologi, pengertiannya adalah informasi tentang komunikasi dan informasi tentang teknologi. Dengan demikian informasi komunikasi dan teknologi, hanyalah terbatas pada pengetahuan saja, dan bukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sifat dari informasi komunikasi dan teknologi, mudah ditemui atau diperoleh, hanya dengan cukup nonton televisi, dengar radio, maupun baca koran saja.

Sedangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah identik dengan ilmu pengetahuan. Yaitu teknologi tentang informasi dan teknologi tentang komunikasi. Karena itu pula, teknologi informasi dan komunikasi tidak terbatas pada pengetahuan saja, tetapi justru berada pada level garapan sebuah studi “ilmu pengetahuan”. Dengan sendirinya, untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi, tidak semudah kita nonton televisi, dengar radio, ataupun baca koran. Melainkan diperoleh hanya melalui teori dan praktek pendidikan tertentu saja.

Pada unsur kata Teknologi, Informasi, Komunikasi inilah, mengapa ICT Clinic harus dihadirkan ditengah-tengah para anak didik sekolah yang ada di SDN 1 Tilote. Dengan TIK ini, para anak didik akan diarahkan pada pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi yang berbudaya.

Pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi pada tingkat anak didik ini, dimaksudkan karena alasan dinamika dunia pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menuju pada suatu jenjang peradaban dunia pendidikan dan kehidupan yang lebih baik, ICT Clinic khususnya di SDN 1 Tilote telah memiliki “TAKTIK”. Artinya; Tidak Ada Kehidupan yang baik (peradaban), tanpa menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Muhajirin AHM

Rabu, 06 Mei 2009

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN

A. Pendahuluan

Ledakan informasi karena kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah terjadi dan ke depan percepatan baik kualitas maupun kuantitasnya akan semakin meningkat. Dampak yang diakibatkan TIK hampir pada semua sektor kehidupan dan lapisan masyarakat, tidak terkecuali institusi perpustakaan. Perubahan dalam institusi perpustakaan yang ditimbulkan oleh kehadiran TIK bukan saja terbatas pada perubahan struktur, misi maupun definisinya, tetapi bahkan menyangkut paradigma (Kardi, 2007 : 10-16).

Konsekuensi dari terjadinya perubahan dalam paradigma perpustakaan, mengharuskan perlunya keberanian dari para pengelola perpustakaan untuk melakukan inovasi dan pembaruan-pembaruan dalam mengelola perpustkaannya, pada berbagai kegiatan dan operasinya. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara kreatif dan konstruktif, untuk tidak sekedar memberi perhatian tentang organisasi buku, tetapi juga penyediaan akses terhadap informasi digital dan elektronis yang semakin terbuka luas. Siregar (2004 : 152), dengan perkembangan teknologi informasi, pustakawan dapat tersisih jika mereka tidak membarukan visi mereka tentang kepustakawanan dan menyesuaikan praktek kepustakawanan dengan perkembangan teknologi informasi.

Qalyubi, dkk. (2007 : 441), kesadaran dari dalam (internal) perpustakaan harus dibangun kembali untuk menunjukkan bahwa perpustakaan adalah sumber primer bagi setiap pencari informasi. Perpustakaan adalah bangunan utama untuk melahirkan suatu komunitas ilmiah dan masyarakat informasi. Perpustakaan juga merupakan jalan untuk menuju masyarakat modern yang berperadaban. Namun demikian, untuk merealisasikan semua impian itu bukanlah sesuatu yang mudah. Secara terus menerus dilakukan inovasi untuk menciptakan perpustakaan yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Tingkat perkembangan mutakhir (state of the art) di bidang teknologi informasi dan komunikasi menawarkan banyak peluang baru bagi perpustakaan untuk mengembangkan sayapnya. Banyak pekerjaan yang sebelumnya sulit untuk dilakukan bahkan tidak mungkin bagi ukuran perpustakaan di negara berkembang, sekarang semuanya menjadi lebih mungkin dan lebih mudah. Perluasan jangkauan sistem otomasi perpustakaan dan sekaligus penanganan sumber daya elektronik yang tersebar di seluruh dunia barangkali akan menjadi salah satu faktor penentu apakah perpustakaan kita masih diminati atau akan ditinggalkan (Siregar, 2004 : 1).

Bagaimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi diaplikasikan pada berbagai kegiatan dan operasi perpustakaan hingga dapat mencapai efektivitas layanan perpustakaan dan perpustakaan tetap diminati? Berikut ini akan dicoba diuraiakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan, terutama pada kegiatan pengadaan, pengolahan dan pelayanan pengguna, yang mungkin dapat memberi nilai tambah terhadap perpustakaan dan dapat memberikan kepuasan lebih, terutama terhadap para pengguna perpustakaan.

B. Tinjauan Pustaka

Perpustakaan masa depan diharapkan bukan saja dapat mengubah dirinya dari yang bersifat tradisional menjadi modern, yang kecil menjadi besar, atau yang sepi pengunjung menjadi ramai. Tetapi lebih dari pada itu, yaitu perpustakaan yang mampu menjadikan organisasinya menyediakan dan melayankan berbagai sumber informasi secara tepat guna dan tepat sasaran, menciptkan kondisi masyarakat menyadari, memahami dan mewujudkan suatu kehidupan yang terdidik baik dan terinformasi baik (well educated and well informed), sehingga mereka mampu melakukan perubahan, baik pada dirinya maupun orang lain dalam pola pikir (mind set), berbicara, berperilaku, atau bertidak, karena telah didasari oleh wawasan, kemampuan, pengalaman, dan ketrampilan (Supriyanto, 2006 : 266).

Hadirnya perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, harus bisa dipahami dan dimanfaatkan secara positif, kreatif dan konstruktif oleh para pustakawan. Siregar (2004 : 37), berhadapan dengan fenomena perubahan yang terjadi, pustakawan harus memiliki kemampuan melihat dengan jelas apa yang sesungguhnya berubah dan apa yang tetap sama. Nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan kelihatannya akan tetap sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan dan operasi akan mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber daya informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami perubahan. Penyediaan sumber daya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumber daya berbasis elektronik yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.

Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tidak akan mengganggu berbagai kegiatan dan operasi di perpustakaan, baik dari segi manajemen koleksi, maupun kunjungan pengguna. Siregar (2004 : 1), selama bertahun-tahun pustakawan telah mengembangkan pengetahuan dan metodologi dalam manajemen koleksi, yang sebenarnya tidak terbuang dengan sia-sia ketika berurusan dengan kombinasi informasi tercetak dan digital. Walaupun mahasiswa dan dosen sedang bertransformasi ke dunia digital dengan akses yang cepat dengan sumber-sumber pengetahuan dari komputer pribadi mereka, tetapi mereka masih tetap mengunjungi perpustakaan. Mengapa? Karena perpustakaan selalu berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan komunikasi personal dengan pustakawan masih merupakan cara terbaik.

Pustakawan harus menerima tanggung jawab dan berinteraksi dengan lingkungan jaringan informasi. Internet yang menawarkan suatu cara baru untuk berkomunikasi dan untuk memperoleh akses terhadap berbagai informasi, membuka tantangan baru bagi pusakawan untuk mengeksplorasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pengguna. Pustakawan harus mengambil inisiatif untuk mengorganisasikan dan mengakses lebih baik apa yang terdapat atau apa yang dapat diperoleh melalui internet. Katalog on-lline harus dikembangkan dan selanjutnya dimuat dalam jaringan lokal dan internet. Layanan referens interaktif dan dokumen secara elektroniks juga sudah saatnya untuk dikembangkan. Sebagai contoh, Perpustakaan Nasional Singapura menawarkan pelayanan online melalui internet, dimana masyarakat dapat mengakses katalog, memperpanjang pinjaman buku, mengirimkan pertanyaan kepada pustakawan referens dan mengusulkan pengadaan bahan-bahan baru. Pada tahap selanjutnya pustakawan harus melibatkan diri dalam pengembangan bahan-bahan elektronik, jika perlu bekerja sama dengan pihak-pihak lain (Siregar, 2004 : 37-38).

Pada bagian lain, Siregar (2004 : 113-114), menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) perlu dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan perpustakaan. Penggunaan TIK telah terbukti banyak membantu staf untuk meningkatkan mutu pelayanan dan memperkenalkan berbagai jenis pelayanan baru yang sebelumnya tidak mampu dilakukan. Sistem perpustakaan berbasis WEB juga sangat membantu komunikasi dengan pengguna dan mampu meringankan beban rutin perpustakaan.

C. Diskusi dan Pembahasan

Dari uraian-uraian tersebut di atas, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan sudah seharusnya dilakukan, agar perpustakaan tetap diminati dan dapat memberikan kepuasan yang optimal kepada para penggunanya atau dengan kata lain tercapainya efektivitas layanan perpustakaan.

Namun demikian, agar tidak terjadi kesalahan persepsi tentang pengertian pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, sebelumnya perlu kiranya terlebih dahulu dijelaskan pengertian dari teknologi informasi dan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi (Sulistyo-Basuki, 1991 : 87). Sedangkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah cara-cara elektronik dalam pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan dan pengkomunikasian informasi, yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan komputer (Siregar, 2004 : 40).

Bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan dilakukan, sehingga dapat dicapai efektivitas layanan dan kepuasan pengguna perpustakaan, kita lihat dulu cuplikkan dari beberapa bagian kutipan di atas, antara lain adalah bahwa “nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan kelihatannya akan tetap sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan dan operasi akan mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber daya informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami perubahan. Penyediaan sumber daya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumber daya berbasis elektronik yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.

Berdasarkan cuplikan kutipan tersebut di atas, maka uraian tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menuju efektivitas layanan perpustakaan, akan mengacu saja pada tugas utama perpustakaan dalam mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumberdaya informasi, dimana letak perubahan mendasar terjadi kalau kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu selanjutnya diskusi akan difokuskan pada kegiatan utama perpustakaan tersebut, yaitu : pengumpulan (pengadaan) koleksi, pengorganisasian (pengolahan) koleksi, dan penyediaan akses terhadap sumber daya informasi (pelayanan) pemakai; dimana dalam kegiatan-kegiatannya melibatkan atau berkaitan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

C.1. Pengumpulan (Pengadaan) Koleksi

Pengumpulan (pengadaan) koleksi atau disebut juga acquisition, yaitu semua kegiatan yang berkaitan dengan pemerolehan bahan pustaka, baik yang dilakukan melalui pembelian, pertukaran, terbitan internal, maupun hadiah. Dalam kegiatan ini juga termasuk kegiatan pengecekan bibliografis yang dilakukan sebelum pemesanan an penerimaan bahan pustaka, pemrosesan faktur, dan pemeliharaan arsip yang berhubungan dengan pengadaan.
Dengan tanpa mengabaikan pengadaan koleksi secara manual yang juga masih sering dilakukan, berikut akan dicoba dijelaskan pengadaan koleksi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, melalui berbagai pemerolehan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, sbb. :

C.1.1. Pengumpulan (pengadaan) melalui proses pembelian

Pembelian bahan pustaka dengan memanfaatkan TIK bisa dilakukan dengan melakukan kontak-kotak elektronis, melalui HP, telepon, faxcimile, e-mail, dan tentunya jaringan internet. Kita tahu bahwa para penerbit/jobber, distributor, agen, penyalur, bahkan toko buku, dari tingkat lokal hingga tingkat dunia, kini telah banyak yang mempunyai homepage sendiri dengan menempatkannya pada situs-situs WEB. Mereka menyediakan katalog penerbit dalam bentuk elektronik (e-catalog), yang memuat informasi tentang terbitan-terbitan dan kekayaan koleksinya, baik yang dalam bentuk tercetak maupun elektronik, seperti e-book, e-journal, dan sebagainya; lengkap disertai dengan harga, cara pemesanan, pengiriman dan pembayarannya; termasuk menunjukkan nomor rekening untuk mentransfer sejumlah dana tertentu, bila terjadi kesepakan transaksi bisnis informasi dan perbukuan ini. Dengan cara ini pengadaan buku dapat dilakukan dengan lebih cepat, effektif dan efisien.

Dalam proses pengadaan yang semi-elektronik, e-catalog dapat dimanfaatkan dalam proses seleksi atau pemilihan terhadap judul-judul yang akan kita adakan. Judul-judul yang akan kita adakan dapat kita browsing lewat e-catalog, kemudian kita unduh (download) dan kita kumpulkan dalam sebuah daftar sebagai bahan untuk pengadaan koleksi.

C.1.2. Pengadaan melalui hadian/hibah

Tidak berbeda jauh dengan pengadaan melalui proses pembelian, pengadaan melalui hibah/hadiah inipun dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dari TIK yang paling sederhana sampai dengan melalui jaringan internet, dapat dilakukan dengan lebih mudah, efektif dan efisien. Kontak-kontak person, antar lembaga, antar organisasi, kontak dengan toko buku, distributor/agen, penyalur dan penerbit/jobber dari tingkat lokal sampai dunia, dapat dilakukan dalam rangka berburu hadiah/hibah koleksi, baik hadiah/hibah secara sukarela maupun melalui diminta.

Lebih mudah, hemat dan bermanfaat lagi adalah, kini banyak koleksi, baik dalam bentuk artikel-artikel ilmiah, buku, jurnal dalam bentuk elektronik yang free, artinya dengan bebas dapat di download (diunduh), yang kemudian dapat di print-out atau dikemas dalam bentuk digital atau elektronik dan kemudian bisa disajikan kepada para pengguna perpustakaan kita. Di sini dapat diartikan sebagai hibah atau hadiah tidak langsung dalam bentuk yang kreatif, karena perlu kreativitas dari pustakawan untuk memperolehnya.

C.1.3. Pengumpulan (pengadaan) melalui produksi/penerbitan internal

Pengadaan melalui produksi / penerbitan koleksi setempat (internal) kebanyakan dilakukan terhadap koleksi-koleksi skripsi, tesis dan disertasi, disamping karya-karya ilmiah para dosen/peneliti, termasuk prosiding seminar, lokakarya, dan sejenisnya. Koleksi ini biasa disebut dengan gray literature, yaitu koleksi yang tidak diterbitkan secara masal, tetapi hanya diterbitkan dalam lingkup atau kalangan sendiri dengan jumlah dan skala edar yang terbatas.

Teknologi yang digunakan adalah scanner, kemudian di masukkan dalam CD-ROM. Selain dalam CD-ROM, koleksi ini juga bisa disimpan dalam server dengan kapasitas besar di perpustakaan yang terhubung dengan homepage perpustakaan sebagai koleksi elektronik.

C.2. Pengorganisasian (Pengolahan) Koleksi

Pengorganisasian (pengolahan) koleksi adalah semua kegiatan untuk mengelola/mengolah bahan pustaka yang telah ada, yang meliputi kegiatan verifikasi data bibliografis, katalogisasi, klasifikasi, penentuan kata kunci, penentuan tajuk subyek, pengalihan data bibliografis, mengelola data entri bibliografis (penjajaran kartu/filing), membuat anotasi, sari karangan/abstrak, menyusun daftar tambahan koleksi, bibliografi, indeks dan sejenisnya, serta melakukan penyuntingan bibliografis.

Selain itu, kegiatan pengolahan juga meliputi inventarisasi, pemberian stempel dan dan pemberian kelengkapan lainnya melalui proses finishing.
Kegiatan pengorganisasian (pengolahan) koleksi yang memanfaatkan TIK, misalnya dapat diakomodasi pada Modul Pengolahan, yang merupakan bagian dari Sistem Otomasi Perpustakaan Terpadu (Integrated Library System) yang dibangun untuk menyatukan semua fungsi (pengadaan, pengolahan dan pelayanan), dimana semua modul dapat saling berinteraksi satu sama lain. Sebagai bagian dari suatu sistem otomasi, modul pengolahan dapat dikatakan sebagai dapur atau kokinya yang memberikan isi (content) perpustakaan.

Berfungsinya dengan baik kegiatan pengolahan yang merupakan pelayanan teknis sebagai dapur perpustakaan, pada akhirnya akan menyajikan pelayanan pengguna yang berkualitas baik. Kelancaran sirkulasi bahan pustaka dan kemudahan mendapatkan informasi yang diinginkan, banyak tergantung pada kegiatan pengadaan bahan pustaka dan kegiatan pengolahan di bagian teknis ini.

Apakah otomasi perpustakaan? Otomasi perpustakaan adalah komputerisasi kegiatan rutin dan operasi sistem kerumahtanggaan perpustakaan (library housekeeping) yang mencakup pengadaan, pengatalogan, termasuk penyedian katalog on-line (OPAC), pengawasan sirkulasi dan serial. Dengan kata lain, perpustakaan terotomasi adalah suatu perpustakaan yang menggunakan sistem terotomasi untuk penanganan sebagian atau seluruh kegiatan rutinnya.
Pada modul pengolahan dilakukan kegiatan-kegiatan :

  • input terhadap koleksi yang baru diperoleh, baik melalui pembelian, tukar menukar, produksi internal, maupun hadiah atau hibah.
  • penambahan eksemplar atas judul-judul yang pernah ada.
  • penyuntingan atau koreksi-koreksi yang diperlukan terhadap sebuah rekor atau cantuman.
  • penghapusan atas rekor atau cantuman yang tidak diperlukan lagi, seperti karena buku telah hilang, rusak, di-weeding, atau oleh sebab lainnya.

Apa yang dilakukan dalam modul pengolahan, akan terkait langsung dengan modul pelayanan, seperti dalam hal :

  • kesiapan koleksi untuk dipinjam.
  • OPAC sebagai media penelusuran.
  • informasi keadaan atau jumlah koleksi, dan sebagainya.

Pengolahan juga melakukan kegiatan digitalisasi koleksi, terutama terhadap koleksi-koleksi internal yang tidak diterbitkan secara masal dan jumlahnya sangat terbatas, seperti: hasil penelitian dosen, skripsi, tesis, disertasi, makalah-makalah seminar, baik sendiri-sendiri atau dalam bentuk prosiding, koleksi-koleksi langka setempat, juga artikel-artikel atau koleksi-koleksi penting lainnya dari hasil unduhan (download) dari internet.

Pemanfaatan TIK yang digunakan dalam proses ini antara lain mesin scanner, kemudian komputer dengan segala software pendukungnya, CD atau media lainnya. Selanjutnya untuk dapat diakses oleh pengguna perpustakaan, data digital atau elektronik ini dapat di letakkan pada WEB atau homepage perpustakaan, bersama data-data elektronik lainnya, seperti e-catalog, e-journal, dll.

Dengan kata lain, pustakawan bisa melakukan publikasi elektronik, yaitu kegiatan untuk memublikasikan berbagai informasi tentang dan oleh perpustakaan. Dalam hal ini, perpustakaan memiliki dan memelihara sendiri suatu situs WEB. Penerbitan Web bertujuan untuk mempublikasikan berbagai informasi tentang perpustakaan dan kegiatannya. Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan publikasi berbagai selebaran, brosur, pamflet, panduan perpustakaan, daftar tambahan pustaka, katalog dalam berbagai jenis, dan kegiatan publikasi lainnya. Akan tetapi, publikasi yang lebih banyak manfaatnya bagi para pengguna adalah yang menyangkut konten utama perpustakaan, termasuk juga koleksi-koleksi dari terbitan internal yang tergolong gray literature sebagaimana dijelaskan di atas, yang terhadapnhya juga perlu dilakukan proses digitalisasi.

C.3. Penyediaan Akses terhadap Sumber Daya Informasi (Pelayanan) Pemakai

Penyediaan akses terhadap sumber daya informasi (pelayanan) pemakai adalah bagian di perpustakaan yang berhadapan langsung dengan masyarakat pengguna untuk memberikan layanan informasi dan bahan pustaka yang mereka butuhkan menurut sistem atau aturan yang telah ditentukan.

Salah satu hal yang terpenting dalam pelayanan perpustakaan adalah menekan sekecil mungkin ketidaknyamanan pengguna dalam menggunakan koleksi perpustakaan. Peningkatan mutu pelayanan menjadi upaya yang seharusnya dilakukan secara berkelanjutan, antara lain dengan memperluas akses tidak saja terbatas pada koleksi cetak, tetapi juga menghubungkan pengguna kepada belantara informasi yang banyak tersedia di WEB atau internet.

Penyediaan layanan internet adalah merupakan layanan yang sudah umum dilakukan oleh perpustakaan. Dalam hal ini perpustakaan menyediakan sejumlah komputer sebagai terminal yang terhubung ke internet. Penyediaan layanan internet ini bertujuan untuk memungkinkan pengguna dapat memperoleh informasi yang bersumber dari WEB. Kegiatan ini pada dasarnya sama dengan menyediakan bahan pustaka cetak yang merupakan kegiatan rutin pada perpustakaan tradisional.

Disamping penyediaan layanan internet dengan menyediakan komputer yang terhubung langsung ke internet, kini yang tengah menjadi trend dan banyak dilakukan oleh perpustakaan adalah dengan menyediakan hotspot area. Yang dimaksud dengan hotspot area di sini adalah ruang atau area khusus yang disediakan untuk para pengguna perpustakaan, dimana para pengguna perpustakaan dengan membawa laptop sendiri mereka dapat mengakses internet.

Pengguna dapat melakukan sendiri penelusuran, atau dengan memesan bahan yang mereka perlukan kepada pustakawan. Dalam hal ini pengetahuan dan pengalaman pustakawan dalam penelusuran menjadi sangat penting karena dapat meningkatkan efisiensi pustakawan dan pengguna.

Pustakawan sesuai dengan peran dasarnya, dalam menyediakan akses internet dapat bertindak sebagai pembimbing terutama bagi pengguna baru, konsultan seperti layaknya fungsi pustakawan referens, pengawas untuk penggunaan yang tidak produktif, penelusur berdasarkan pesanan pengguna, diseminator untuk penyebarluasan informasi tentang bahan WEB, dan organisator untuk mengorganisasikan bahan-bahan WEB.

Berkaitan dengan masalah penyediaan akses dalam pelayanan pengguna, masih terdapat satu hal lagi yang perlu diingat dan untuk dijadikan pedoman, yaitu model penyediaan : kepemilikan atau akses. Hal ini terutama berkaitan dengan keadaan perpustakaan yang akhir-akhir ini dipengaruhi oleh dua perubahan utama yaitu ekonomi dan teknologi.

Perubahan ekonomi menyangkut bentuk pelayanan perpustakaan yang berbasis tradisional yaitu koleksi cetak yang harganya semakin meningkat. Bandingannya adalah potensi besar yang saat ini ditawarkan oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kedua faktor tersebut mengharuskan perpustakaan untuk mampu menilai dengan cermat model penyediaan perpustakaan apakah dalam bentuk kepemilikan (holdings) atau akses.

Disamping itu masih ada persepsi tentang besar kecilnya perpustakaan dari dimensi fisik dapat membuat pustakawan mengagungkan kepemilikan bahan pustaka. Pada era perpustakaan digital kini, memiliki sendiri sumber informasi belum tentu lebih menguntungkan dibandingkan memiliki akses ke sumber informasi. Memiliki sendiri sumber informasi dapat lebih mahal daripada menyediakan akses online. Dengan kata lain, pada tingkat tertentu memiliki sendiri sumber informasi bisa lebih mahal daripada menyediakan akses. Dalam hal ini mungkin kombinasi keduanya merupakan pilihan terbaik saat ini, dimana buku-buku lebih banyak dalam bentuk memiliki (cetak), dan jurnal lebih dominan dalam bentuk akses (elektronik).

C.3.1. Kendala/Hambatan dalam Penyediaan Akses terhadap Sumber Daya Informasi (Pelayanan) Pemakai

Secara umum kendala yang dihadapi dalam penyediaan akses terhadap sumber daya informasi (pelayanan) pemakai dapat dikelompokkan pada dua hal, yaitu kendala/hambatan dari pihak perpustakaan (pustakawan) dan kendala/hambatan dari pihak masyarakat pengguna (pemakai) perpustakaan.

Kendala/hambatan dari pihak perpustakaan (pustakawan), antara lain adalah :

  • Kurangnya perhatian dari Pimpinan Universitas (perguruan tinggi) terhadap perpustakaan, sehingga dana, fasilitas serta sarana dan prasarana yang diberikan kepada perpustakaan masih sangat terbatas;
  • Terbatasnya SDM yang handal dalam bidang TIK dan aplikasinya di perpustakaan;
  • Pemanfaatan TIK membutuhkan maintenance yang tinggi, sementara pengguna menginginkan pelayanan free, karena mahasiswa menganggap layanan perpustakaan bagi mereka adalah merupakan fasilitas yang harus mereka terima;
  • Masih terabaikannya (belum terakomodasinya) berbagai kegiatan pustakawan yang terkait dengan pemanfaatan TIK di perpustakaan dalam Kepmenpan yang mengatur jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya.
  • Sedangkan kendala/hambatan di kalangan pengguna, antara lain meliputi :
  • Akses internet yang disediakan masih sangat terbatas, baik dari jumlah terminal komputer maupun alokasi waktu yang diberikan;
  • Keengganan dari pengguna untuk membayar, karena mereka menganggap layanan ini sebagai fasilitas yang harus mereka terima;
  • Penggunaan TIK memerlukan kemampuan tertentu, seperti dalam penelusuran, dll.
  • Sebagian pengguna masih ragu memanfaatkan layanan perpustakaan berbasis TIK (Gaptek?).

C.3.2 Pemecahan Masalah

  • Untuk mengatasi kendala/hambatan tersebut, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain :
  • Pendekatan dan penjelasan kepada pimpinan universitas (perguruang tinggi) tentang pentingnya pemanfaatan TIK di perpustakaan;
  • Mengikutsertakan SDM perpustakaan pada diklat, seminar, dan sejenisnya tentang WEB design, Internet, dll.
  • Sosialisasi dan pembinaan kepada users, baik mengenai pemanfaatan TIK maupun posisi perpustakaan dengan segala keterbatasannya.

D. Kesimpulan

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di perpustakaan memang sudah merupakan keharusan, agar perpustakaan tetap diminati dan tidak termarginalkan.

Pemanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara positif, kreatif dan konstruktif menjadikan kegiatan dan operasi perpustakaan berjalan lebih sinerji, harapan masyarakat pengguna perpustakaan terpenuhi dan efektivitas layanan perpustakaan dapat dicapai.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memang memberi peluang yang sangat luas kepada perpustakaan untuk melakukan inovasi dan pembaruan-pembaruan dalam berbagai kegiatan dan operasi perpustakaannya. Nilai-nilai yang menjadi dasar profesi pustakawan tetap sama, tetapi cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam kegiatan dan operasi mengalami perubahan secara mendasar. Misi perpustakaan untuk mengumpulkan, mengorganisasikan dan menyediakan akses terhadap sumber daya informasi tetap relevan, tetapi teknologi dan cara untuk melakukannya mengalami perubahan. Penyediaan sumber daya informasi berbasis cetak tidak lagi cukup memadai, tetapi harus dilengkapi dengan sumber daya berbasis elektronik yang jumlah dan kecepatan penyebarannya terus meningkat.

Oleh karena itu usaha-usaha untuk melakukan pengumpulan, pengolahan / pengorganisasian dan pelayanan atau penyediaan akses terhadap sumberdaya informasi berbasis elektronis yang jumlah dan kecepatan penyebarnnya terus meningkat untuk melengkapi koleksi cetak, harus terus dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), antara lain melalui pelaksanaan otomasi, digitalisasi koleksi, penyediaan dan pelayanan koleksi elektronis, seperti: e-book, e-journal untuk penelusuran on-line dengan dilengkapi sarana penelusurannya, yaitu e-catalog. Disamping itu sudah saatnya kini perpustakaan menyediakaan hotspot area, untuk mendampingi layanan internet dengan terminal komputer yang terbatas.

Walaupun demikian, karena pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada berbagai kegiatan atau operasinya di perpustakaan, nilai efisiensi dan efektivitas adalah tujuannya, maka pertimbangan, pemikiran, dan perhitungan secara cermat harus dilakukan sebelum memutuskan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, seperti misalnya dalam kasus menentukan model penyediaan, perlu memiliki atau cukup dengan menyediakan akses?

Daftar Pustaka

Kardi, 2007. Revitalisasi Peran Pustakawan Dalam Implementasi Knowledge Management, dalam VISIPUSTAKA, Vol. 9 No. 2, Agustus 2007, hal. 10-16.
Qalyubi, dkk., 2007. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi, cet. 2, editor Tri Septiyantono dan Umar Sidik. Yogyakarta : Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fak. Adab UIN Sunan Kalijaga.
Siregar, A. Ridwan, 2004. Perpustakaan : Energi Pembangunan Bangsa. Medan : USU Press.
Sulistyo-Basuki, 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Supriyanto, dkk., 2006. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, editor Kosam Rimbarawa, Supriyanto. Jakarta : Pengurus Daerah-DKI Jakarta, Ikatan Pustakawan Indonesia bekerjasama dengan Sagung Seto.

Sumber : http://sutino.web.ugm.ac.id/?p=9

0 komentar: